TAPIN - Banjir yang melanda 4 kecamatan di Kabupaten Tapin juga tak kunjung surut hingga saat ini. Sebaliknya, air terus meninggi setiap harinya. Dari catatan Tagana Tapin ada sekitar 2.258 KK yang menjadi korban banjir. Bahkan, warga Desa Masta di Kecamatan Bakarangan terpaksa mengungsi ke tenda yang dibuat oleh Tagana Tapin di atas jembatan. Menurut Sugiri, Koordinator Tagana Tapin, banjir kali ini adalah yang terparah sepanjang sejarah di Tapin. Pasalnya, banjir mengenangi rumah warga sejak 2 bulan yang lalu dan tidak nampak tanda-tanda surut hingga saat ini. Kecamatan yang mengalami banjir adalah Candi Laras Selatan, Candi Laras Utara, sebagian Kecamatan Tapin Tengah, dan sebagian Kecamtan Bakarangan. Meski terendam namun warga tetap memilih tak meninggalkan rumahnya. Kecuali warga Desa Masta yang paling parah banjirnya terpaksa mengunsi di tenda yang disediakan Tagana Tapin. “Tenda dididirikan di atas Jembatan Sei Muara Tabirai yang tidak terendam banjir. Warga RT II yang mengungi di tenda tersebut ada 38 KK terdiri dari 192 jiwa. Mereka tidak berani tidur di rumah karena ketingian air sudah mencapai 30 hingga 70 sentimeter. Selain itu di malam hari angin ribut bertiup sangat kencang. Warga khawatir bila sewaktu-waktu rumah mereka roboh diterjang angin kencang,” kata Sugiri.
Selain mendirikan 2 buah tenda, Tagana Tapin juga sudah membuat dapur umum untuk warga yang mengungsi. “Logistik seperti beras, mie instan, saos sambal botol, gula, kopi, dan sarden sudah didrop di dapur umum tersebut. Sedangkan untuk ikan, warga tidak menemukan kesulitan karena mereka bisa memasang jebakan di sungai yang banjir,” kata Sugiri. Sedangkan di Kecamatan CLU dan CLS, kata Sugiri, warga lebih memilih tidur di rumah saja. ”Ketinggian air di 2 kecamatan tersebut juga tidak surut hingga hari ini. Air datang dari Sungai Tapin dan air pasang dari laut. Warga enggan mengungsi dan memilih untuk tetap berada di rumah. Untuk tidur dan memasak warga terpaksa membuat titian dari kayu galam,” ujar Sugiri.