Senin, 16 Februari 2009














Kisah Anggota Tagana dan Satlak Tapin

Masak Bersama Ibu-ibu di Dapur Umum jadi Hiburan

Setiap ada musibah atau bencana di wilayah Kabupaten Tapin dan sekitarnya, sudah dipastikan selalu ada anggota Tagana atau Satlak PB Tapin. Tidak peduli, siang, malam, bahkan hujan deras pun diterobos untuk menolong para korban bencana yang membutuhkan. Bagaimana kisah para anggota Tagana dan Satlak PB Tapin tersebut?

SUNARTI, Rantau

Kepada koran ini, Koordinator Tagana Tapin Sugiri mau berbagi kisahnya. ”Sejak awal bergabung menjadi anggota Tagana Tapin saya sudah memiliki komitmen untuk serius menekuni pekerjaan sosial ini. Alhamdulillah, hingga saat ini saya masih terus aktif di Tagana Tapin,” ujarnya.

Pada mulanya, kata Sugiri, pihaknya bersama anggota Tagana lainnya tidak memiliki keahalian khusus dalam menangani korban bencana. Tapi lama-kelamaan, pihaknya mendapatkan pelatihan dan prakteknya langsung dari berbagai pihak, terkait dengan penanganan bencana.

”Kami sudah pernah dilatih membuat tenda lapangan, membuat dapur umum, menyiapkan perahu karet, dan lain sebagainya. Seluruh ilmu yang kami peroleh sudah pernah kami praktekkan di lapangan,” kata Sugiri.

Penanganan bencana yang dibantu oleh pihaknya pun beragam, mulai dari membantu korban kebakaran, korban tanah longsor, korban tenggelam, hingga korban banjir. Yang terpenting adalah penanganan cepat tanggap diberikan pada korban yang membutuhkan bantuan.

Bantuan yang diberikan pun beragam, mulai dari bantuan logistik berupa bahan makanan, pakaian, sandang, pangan, hingga bantuan tenaga pun diberikan oleh seluruh anggota Tagana.

”Kalau dulu, kami sempat mengalami kendala tidak adanya mobil operasional. Pernah saat ingin mengantarkan bahan logistik ke daerah gunung di Hatungun, kami kerepotan mencari mobil, soalnya pada saat itu malam hari. Untunglah akhirnya kami memperoleh mobil, cuma ya itu, mobil yang dipakai pun sempat mogok dan tidak kuat untuk naik gunung. Dengan perjuangan keras, akhirnya mobil yang bermuatan penuh logistik pun bisa mencapai lokasi kejadian bencana,” kata Sugiri.

Namun, akhir tahun 2008 tadi, Satlak Tapin sudah mendapatkan bantuan sebuah mobil Ranger untuk operasional di lapangan, bantuan dari pemerintah pusat.

Kejadian menarik lainnya ada lagi, yakni saat menolong korban banjir di Desa Masta. ”Kami bersama anggota Tagana dan Satlak PB lainnya sempat merasakan tidur di atas jembatan. Soalnya tenda pengungsian dibuat di atas jembatan yang bebas dari banjir. Selain harus menghadapi cuaca yang dingin, nyamuk pun menjadi musuh utama disaat tidur. Tapi itu semua menjadi pengalaman yang berharga, hingga kami bisa merasakan langsung penderitaan yang dialami korban banjir,” kata Sugiri.

Selain kisah tadi, kata Sugiri, ada juga enaknya, yakni saat membuka dapur umum, pihaknya memasak dibantu oleh para ibu-ibu korban banjir. Untuk sayur, untungnya ada bantuan, tapi yang paling enak adalah ikan, saat banjir ikan justru banyak diperoleh oleh warga, dan dimasak beramai-ramai di dapur umum. Ikan tersebut diperoleh dengan cara melukah di sawah yang terendam. Bahkan saking banyaknya ikan yang didapat, ikan-ikan tadi dijual dan hasil penjualan dipakai membeli sayur-mayur,” ujar Sugiri.

Kebersamaanpun sangat terasa saat banjir, selain tidur sama-sama di atas jembatan, mereka pun bersama d atas jembatan. ”Itu semua menjadi pengalaman berharga dan tak terlupakan oleh dirinya. Insya Allah saya dan teman-teman akan terus membantu para korban yang membutuhkan,” kata Sugiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar